PETAKA PELET DARAH HAID BAGIAN 1
Cinta ditolak, dukun bertindak! Mungkin dengan cara itulah, Nur bisa memiliki seutuhnya lelaki yang ia cintai!
BAGIAN 1
****
Kisah cinta mereka putus setengah jalan setelah Jaka,
laki-laki yang ia cintai dan telah bersama-sama selama 5 tahun, memutus
hubungan sepihak, tentu rasa sakit hati selalu menghantui hari-hari Nurhayati.
Nur merupakan gadis sederhana dari desa.
Selama ini Nur bekerja sebagai tukang foto, baik untuk
perseorangan maupun untuk satu acara hingga Nur pun merambat menjadi fotografer
atas bantuan salah satu kawannya.
Dari situlah Nur mendapat seorang pacar yang berprofesi
sebagai model dan tinggal di kota.
Pertemuan dengan pemuda bernama Jaka, menjadi cinta pertama
bagi Nur dan mimpinya tergapai ketika Jaka mengungkap cinta di malam Valentine.
Mereka pun berikrar akan saling percaya dan saling setia. “Aku
berjanji. Aku akan selalu menjadikanmu yang nomor satu, Nur.”
Ucapan itu selalu diingat Nur dan memang benar, janji Jaka
selalu terpenuhi.
****
Selama 5 tahun menjalani kisah asmara, Nur sama sekali tidak
pernah cemburu meskipun Jaka yang bekerja sebagai model, harus disandingkan dan
melakukan foto-foto bersama model wanita cantik.
Nur juga harus melakukan pekerjaannya dengan seprofesional
mungkin sebagai seorang fotografer.
Akan tetapi, kepercayaan Nur selama 5 tahun sia-sia dan
membuatnya merasa sakit hati atas perlakuan Jaka.
Tanpa diduga, sikap sang kekasih mendadak berubah. Jaka
merendahkan Nur yang hanya sebagai tukang foto di hadapan rekan-rekan kerjanya
dan di hadapan para model, hal itu terjadi ketika Nur mendapatkan job foto di
sebuah hotel bintang 5.
Kala itu Nur melakukan sesi pemotretan di halaman hotel,
tanpa sengaja Nur melihat Jaka bersama seorang model cantik bernama Lestari,
perempuan jelita dengan lagu tubuh yang sangat menawan dan kulit putih
bersihnya yang terawat, membuat semua laki-laki yang memandangnya akan terpikat.
Memang sangat berbeda jauh dengan Nur yang hanya gadis desa
biasa dengan penampilan biasa saja.
Jaka dan Lestari sangat mesra berada di lobi hotel.
Dengan emosi dan kecemburuan yang meluap, Nur menyuruh
rekannya melanjutkan sesi pemotretan, sedangkan ia menghampiri Jaka.
“Inikah yang kamu lakukan di belakangku, Mas,” ucap Nur yang
membuat Jaka tidak menyangka akan ketahuan, tapi tampaknya Jaka sudah bersiap
untuk putus hubungan dengan Nur.
Lantas Jaka menunjukkan cincin yang diberikan pada Lestari,
sebuah cincin pengikat hubungan yang akan berlanjut ke jenjang selanjutnya.
Emosi yang memuncak membuat Nur menampar Jaka.
Plak!
Nur merasa dipermainkan selama ini.
Kejadian itu pun menjadi pusat perhatian orang-orang
sekeliling, sementara Lestari masih duduk dengan tenang. Gadis model itu tidak
menghiraukan tatapan mata orang-orang, lain hal dengan Jaka yang gusar disulut
marah. Jaka sangat tidak terima dipermalukan oleh Nur di hadapan umum.
Dengan wajah mengejeknya, Jaka mencela Nur yang hanya seorang
tukang foto dan tidak tahu bagaimana bergaya.
Sebelum beranjak, Jaka pun menegaskan pada Nur bahwa ia akan
segera menikahi Lestari dalam waktu dekat dan mereka sudah menyewa tukang foto
terbaik.
Nur yang berkalang luka hanya mampu menatap langkah mereka.
Nur tidak percaya dengan apa yang dihadapi. Hatinya
benar-benar hancur. Semua terjadi sangat cepat di luar dugaannya.
“Kamu pulanglah dulu, Tenangkan pikiranmu,” ucap Yanti yang
melihat kejadian tersebut seraya mendekati Nur. Kawan seprofesinya itu turut
bersedih merasakan luka atas pengkhianatan cinta.
****
Seminggu sudah Nur
mengurung diri di rumah.
Tidak mudah Nur mengobati sakit hatinya, selalu saja kenangan
bersama Jaka menggugah nostalgia indah dan dalam luka yang sangat perih itu,
Nur mempunyai keinginan untuk balas dendam dengan apa yang sudah dilakukan Jaka.
Nur berpikiran akan membalas perbuatan mantan kekasihnya
dengan cara mempermalukan Jaka, lebih dari apa yang pernah diperbuat.
****
Terdengar suara pintu diketuk.
Tok!
Tok!
Tok!
Nur mengusap air matanya lalu bergegas membukakan pintu.
Krek.
“Bagaimana keadaanmu, Nur? Kamu baik-baik saja, ‘kan?” tanya Yanti
khawatir.
Mereka berteman sudah 8 bulan dan berjalan terbilang cukup
akrab, saling mendukung dan saling berbagi.
Nur tidak menjawab pertanyaan Yanti. Ia coba tersenyum meski
sangat berat.
Yanti yang membawakan makanan kesukaan Nur langsung mengajaknya
untuk makan terlebih dahulu.
Yanti mengaku kalau memasak sendiri demi mengobati luka hati
kawannya.
Segera Yanti membuka panci yang disusul aroma wangi kuah menyeruak,
kemudian diaduk perlahan juga aroma rempah-rempah yang tentu menggugah selera.
“Apa pun masalahmu, makan adalah kebutuhan utama agar kamu
selalu sehat,” ucap Yanti.
Seketika Nur mengambil alih sendok di tangan Yanti lalu
melahapnya dan Yanti pun tertawa lepas melihat Nur pelan-pelan mengunyah.
Sengaja Yanti membuat makanannya sangat asin untuk menghibur
dan mereka pun sama-sama tertawa lepas.
Untuk sejenak masalah Nur terhapus, barulah di panci
berikutnya masakan yang istimewa tersaji.
Mereka pun mulai menyantap sambil berbincang santai.
Yanti mengawali dengan berita bahagia soal pekerjaan, di mana
mereka akan direkrut masuk ke tim fotografer terbaik dan berkelas.
“Ini benar-benar kesempatan bagus dalam berkarier dan
merintis untuk lebih terkenal lagi, Nur.”
Nur terlihat senang, namun kabut luka masih menyelimuti. Tidaklah
semudah dan secepat itu ia melupakan Jaka.
“Aku tahu, Nur. Sakit memang bila mengingat masalahmu, tapi jika
kamu mau ikutlah denganku.”
Setelah menyelesaikan makan, Yanti menceritakan satu rahasia
tentang dirinya yang mana selama ini ia menggunakan cara lain dalam mengatasi
segala masalah termasuk dalam urusan percintaan dan karier.
“Percayalah denganku, Nur.”
Itulah yang membuat pacarnya Yanti selalu menurut, Yanti juga
disayang oleh atasannya.
“Cara lain bagaimana maksudmu, Yanti?”
“Cara lain yang dimaksud adalah dengan meminta bantuan orang
pintar agar segala hajat terpenuhi dan orang pintar yang selama ini aku jadikan
langganan itu tidak pernah meleset dalam menuntaskan masalah.”
Yanti kembali bertanya pada Nur kalau memang berminat maka ia
akan mempertemukannya dengan orang pintar yang dimaksud.
Nur yang dipenuhi dendam mulai terbujuk dengan ajakan Yanti.
Muncullah niat untuk membalas Jaka.
“Yanti, secepatnya kita harus ke sana,” ucap Nur.
Nur menemukan jalan keluar yang berseberangan dengan agama,
seharusnya ia berpikir bahwa jodoh sudah ada yang mengatur, kalaupun Jaka
ditakdirkan bahagia dengan Lestari, sudah pasti ia juga akan dipertemukan
dengan sosok yang memang sejalan.
Itulah hiasan hidup, adakalanya Tuhan memberikan ujian dan
iman adalah jawabannya.
Malam itu Yanti menginap di rumah Nur.
Sekitar pukul 10.00 mereka bersiap ke rumah Mbah Noto, orang
pintar yang dimaksud.
Adapun gula, rokok, dan kembang tujuh rupa pun tidak lupa
dipersiapkan sebagai buah tangan dan untuk syarat yang biasa dibawa oleh Yanti
semua sudah mereka beli semalam.
****
Sekitar 40 menit
perjalanan.
Sampailah mereka di rumah Mbah Noto.
Hunian tersebut berada di tengah-tengah hutan, jauh dari
pemukiman warga.
Jalan menuju ke sana pun sangat sulit untuk dijangkau.
Medan yang terjal dan licin karena air sumber dari berbatuan
cadas membasahi jalanan.
Di rumah itu juga tidak ada aliran listrik sehingga suasana
benar-benar sunyi dan sedikit menyeramkan.
“Ada perlu apalagi, ha?”
“Ini, Mbah.”
“Teman kerjaku, dia juga sahabatku, Mbah,” ucap Yanti
memperkenalkan tanpa basa-basi.
Nur yang tidak sabar lagi langsung menceritakan kisahnya juga
keinginannya untuk membalas dendam kepada mantan kekasih yang sudah
menghianatinya.
Mbah Noto yang seperti mengetahui niat dan tujuan Nur terdiam
untuk beberapa saat.
Begitu pun dengan Nur dan Yanti, mereka saling diam menunggu
sang dukun berbicara.
Setelah beberapa menit barulah Mbah Noto memberikan beberapa
pilihan pada Nur yang mana semuanya merupakan jalan keluar dari permasalahan
yang dihadapi, namun di antara tiga pilihan, menurut Mbah Noto media darah haid
adalah yang paling mujarab.
“Yakni dengan menggunakan darah haid untuk dicampurkan ke
dalam wedang kopi agar si laki-laki tersebut bisa bertekuk lutut padamu,” Ucap Mbah
Noto.
“Dia akan seperti kerbau dicekoki,” sambungnya. BERSAMBUNG KE BAGIAN 2
No comments:
Post a Comment